Lelaki Jakarta
Kemarin, akhirnya tuntas juga saya membaca novel Shanghai Baby atawa Gadis Shanghai. Kualitas terjemahannya cukup bagus, terlepas apakah itu versi bajakan atau tidak. Apa yang membuat saya tertarik untuk ngomong tentang novel yang satu ini? Saya menjadi tertarik untuk nulis novel. Eitt... jangan tertawa dulu. Ini serius loh... hehehee.... :P
Membaca novel Gadis Shanghai telah menimbulkan minat saya untuk berkisah tentang gemerlap Jakarta dengan berbagai problematika kehidupannya. Kalau Gadis Shanghai dari sudut pandang perempuan, bakal novel saya ini akan mengambil sudut pandang lelaki. Judul tentatifnya: Lelaki Jakarta.
Selama membaca novel karangan Wei Hui ini, benak saya selalu membayangkan bagaimana kelak saya membungkus dinamika kehidupan metropolis Jakarta. Bahkan ketika menulis catatan ini, benak saya masih terus berputar-putar.
Sejauh pengamatan saya, sampai kini belum ada novel yang menguak lika-liku kompleksitas kehidupan di Jakarta dari sudut pandang lelaki. Yang ada barulah serpihan-serpihannya dalam bentuk cerpen. Atau karya dalam bentuk jurnalisme sastra ala Emka, misalnya.
Saya sadar sedari awal, ini bukan pekerjaan mudah. Mungkin butuh waktu bertahun untuk menyelesaikannya. Butuh riset yang dalam tentang berbagai fakta. Jujur saja, saya kerap merasa sedih dengan novel-novel karya pengarang pemula kita sekarang, yang seringkali dangkal dalam bercerita. Lebih senang bermain kata daripada merangkai fakta menjadi rantai cerita yang memikat. Bukan, begitu? **
0 Comments:
Post a Comment
<< Home