Monday, October 30, 2006

Arus Mudik-Balik

Ada dua frasa baru dalam kazanah bahasa Indonesia berkaitan dengan fenomena mudik lebaran, yaitu arus mudik dan arus balik. Arus mudik merujuk fenomena jutaan umat muslim yang pulang ke kampung halamannya untuk bersilahturahmi dengan keluarga besarnya. Sementara arus balik merupakan kebalikannya, yaitu fenomena pulangnya para pemudik ke rumah mereka, ke tempat mereka mencari nafkah selama ini.

Tahun ini saya mencoba melihat fenomena mudik ini dari dekat, lebih tepatnya dari jalan raya yang dekat dengan kompleks saya tinggal. Beberapa hari sebelum lebaran, puluhan hingga ratusan orang bersepeda motor bergerombol menuju kampung halaman. Ada satu hal yang menarik perhatian saya. Rata-rata mereka membawa gembolan karton, yang bisa sampai empat-lima karton per sepeda motor. Untuk menambah kapasitas sepeda motor tersebut, mereka sengaja membuat tempat tambahan di belakang.

Ketika mencermati arus balik, saya sempat senyam-senyum sendiri melihat banyak sepeda motor yang tidak hanya dipenuhi karton tersusun rapi. Tapi di sana-sini ada saja nempel barang bawaan dari kampung. Ada yang bahkan kerupuk pun, yang hanya dua plastik sedang dibawa pulang. Sebagian di antaranya membawa pulang hasil bumi di kampung. Mulai dari nenas, cabai hingga jagung.

Ada satu sepeda motor yang sempat membuat saya tertawa sendiri. Sepeda motor tersebut dipenuhi gembolan dari kampung dan di atasnya ada sebuah helm. Sepertinya pemudik tersebut lebih mementingkan gembolannya daripada istrinya :))

Saya jadi ingat ketika dulu pertama kali merantau dibekali macam-macam sama orang tua dan saudara. Merepotkan tapi sulit untuk ditolak. Mengapa sulit? Karena dibalik pemberian tersebut sebenarnya tersimpan pesan tersembunyi, yaitu ungkapan perhatian dan kasih sayang.***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home