Wednesday, May 04, 2005

Trik Re-Launch

Mengelola tempat dugem bisa dikata gampang-gampang susah. Ada tempat yang hanya dalam tempo enam bulan sudah break event point (BEP), tapi ada juga sampe bertahun-tahun masih terus nombok dan harus nutup diri. Ada pula yang memilih jalan "bagai kerakap di atas batu, mati segan hidup tak mau."


Memang menarik minat clubbers untuk datang ke suatu tempat bukan perkara mudah. Butuh trik tersendiri. Bahkan meng-hire pekerja profesional yang sudah handal pun bukan jaminan. Salah satu trik bisnis yang sedang in sekarang untuk menggaet kembali minat clubbers adalah dengan melakukan re-launch. Pihak pengelola melakukan renovasi di sana-sini, dan kemudian melakukan re-launch party. Trik inilah yang dilakukan Club Monaco, yang terletak di Hotel Grand Mahakam Jakarta, Jumat malam nanti (6/5). Apakah mereka akan berhasil? Kita lihat saja nanti.

Saya jadi teringat ketika Retro, yang terletak di Hotel Crown Plaza. Beberapa bulan berselang, mereka melakukan re-launch. Tamu yang datang memang membludak. Setelah itu? Situasi kembali "normal", kembali terasa sepi, seperti sebelum re-launch. Beberapa tempat di kawasan Kemang juga pernah melakukan trik yang satu ini. Tapi hasilnya ya, biasa-biasa saja.

Menurut hemat saya, persoalannya sebenarnya adalah bukan terutama pada renovasi, tapi lebih dalam lagi adalah atmosfir tempat tersebut secara keseluruhan. Seberapa mampu ia mengidentifikasikan diri dengan crowd yang ingin diraihnya.

Saya ada cerita tentang klub malam yang overestimated terhadap target pengunjungnya. Ketika bulan-bulan pertama buka, setiap tamu selalu dikenakan cover charge Rp 60.000 + first drink. Awalnya, saya berpikir crowd-nya pasti asyik nih dan nyasar A dan A+, dan acaranya pasti oke punya pula. Eh, ketika masuk ke dalam, saya kecele beret. Pengisi acaranya lebih cocok masuk ke kelas menengah bawah dan atmosfir-nya "kota banget".

Sebulan kemudian saya coba lagi datang ke sana ketika mereka ada special event. Eh, masih tetap begitu juga. Terakhir saya dengar, mereka sudah tidak mengenakan cover charge lagi. Konon, karena mereka mendapat kritikan pedas dari sebuah majalah bergengsi. Padahal, orang marketing PR-nya bukan orang baru di dunia malam. Karena tekanan dari pengelola? Wallahualam dah.... :D ***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home