Nasib Becak di Jakarta
Ada rasa kesal ketika saya membaca berita di beritajakarta.com hari ini yang berjudul "Ratusan Becak di Jakarta Utara Ditertibkan." Menurut Kasudin Tramtib dan Linmas Jakarta Utara, Toni Budiono, target akhir penerbitan becak tersebut adalah meniadakan becak di Jakarta. Saya tidak tahu pasti, apakah Sang Kasudin yang goblok atau ia hanya sekadar menjalankan perintah atasan, yang berarti goblok pula.
Kalau harus ada penertiban transportasi penduduk di pinggiran Jakarta, yang harus ditertibkan adalah ojek, bukan becak! Kenapa? Alasan pertama adalah lingkungan. Munculnya ribuan bahkan puluhan ribu ojek di seantreo Jakarta sejak krisis ekonomi lalu, telah menyumbang polusi lingkungan yang tidak sedikit terhadap udara Jakarta. Becak sama sekali tidak memicu polusi lingkungan. Belum lagi angka kriminalitas yang diakibatkan ulah para pengojek yang merampok atau memperkosa penumpangnya. Sesuatu, yang hingga kini belum pernah saya denger dilakukan tukang becak.
Yang ketiga, becak sebenarnya bisa dijadikan jadi ikon transportasi Jakarta , seperti halnya yang bisa dilakukan terhadap becak rekondisi yang lebih ramah lingkungan.
Terakhir, sikap ugal-ugalan pengojek yang kerap mengejar-ngejar bis yang hendak berhenti, benar-benar mengganggu kenyamanan pengemudi bis maupun penumpang yang hendak turun. Sudah bukan rahasia umum, ketika sepeda motor pengojek, misalnya, kesenggol bis, pasti yang akan salah adalah pengemudi, dan Anda tentu bisa menebak apa yang selanjutnya akan terjadi.
Terus terang, selama ini saya paling enggan naik ojek. Ketika malam hari pulang kerja, saya selalu memilih naik becak ketika harus masuk ke perumahan tempat tinggal saya. Kalau sudah larut dan becak sudah tidak ada, saya lebih memilih jalan kaki.
Tanpa bermaksud menghakimi, saya yakin bahwa kebijakan Pemprov DKI untuk membiarkan menjamurnya ojek tidak lepas dari lobi para produsen sepeda motor--yang ujung-ujungnya tentunya fulus bagi para pejabat. Lihat saja gencarnya tawaran kredit murah dari para agen atau distributor sepeda motor sekarang. Hanya dengan modal lima ratus ribu rupiah, Anda bisa menjadi tukang ojek dan membayar kredit harian. ***
0 Comments:
Post a Comment
<< Home