Thursday, June 02, 2005

Ojek Tak Pernah Salah!

Tadi malam, saya pulang ke rumah naik bis. Menjelang Bulak Kapal, tiba-tiba saya mendengar suara orang teriak-teriak di luar sembari menggedor-gedor pintu bis dengan kerasnnya. Saya yang sedang asyik mendengar musik lewat earphone sontak berdiri. Saya pun bertanya ke teman sebelah apa yang terjadi. Ternyata, bis yang saya tumpangi tidak sengaja menyenggol ojek ketika mau menurunkan penumpang dan pengojek serta rekan-rekannya nggak mau terima.

Perang mulut antara pengojek dan kernet serta sopir bis makin terdengar nyaring. Tiba-tiba sebongkah batu meluncur melewati jendela sopir yang terbuka. Untungnya ia hanya keserempet. Tidak berapa lama kemudian, di pintu masuk depan, tempat kernet sedang berdebat dengan seorang pengojek, bogem mentah pun mengenai mukanya.

Untunglah, lampu hijau nun agak jauh di depan sana menyala, bis pun mulai meluncur lagi. Saya sendiri sudah merasa tidak enak hati. Sepertinya persoalan belum selesai begitu saja. Ketika mendekati lampu lalu lintas yang kembali menyala merah, para pengojek terlihat mulai berkerumun dan satu dua orang berteriak-teriak. Satu per satu penumpang turun, termasuk saya.

Ketika penumpang sudah kosong, tinggal kernet sama supir, tiba-tiba tiga orang pengojek merangsek naik ke atas bis sembari mendorong kernet yang ada di pintu. Seorang di antaranya saya lihat memberi bogem mentah beberapa kali. Untunglah ada beberapa orang yang menyusul naik dan melerai. Walaupun begitu, ribut mulut terus berlangsung.

Lagi-lagi untung, lampu menyala hijau lagi. Bis pun kembali meluncur dan tidak satu pun pengojek yang mengejar.

Saya nggak habis pikir, bagaimana mungkin, para pengojek itu tidak sadar bahwa yang salah adalah mereka? Padahal sudah terang-terang mereka yang mengejar-ngejar bis sembari menyorongkan ojeknya semepet mungkin ke bis, berharap penumpang yang turun akan langsung memilih mereka. Saya sudah sering melihat, aksi mereka yang membahayakan itu dan selalu kesal dibuatnya. Dan ketika benar-benar kejadian, tak satu pun para pengojek itu yang merasa bersalah, malah merasa benar.

Oke lah ini masalah periuk nasi di rumah, tapi tetap saja, itu bukan berarti mereka punya hak untuk mengejar-ngejar bis seenak udel dan kalau terjadi sesuatu sopir bis yang disalahkan.

Saya selalu merasa senang kalau kernet bis selalu mengingatkan penumpang yang turun supaya memilih ojek yang berhenti di pinggir jalan saja. Kalau saja semua penumpang menaati nasihat ini, saya yakin, ulah tak senonoh para pengojek itu tidak akan terjadi lagi. Tapi, dasar orang Indonesia, selalu pengin gampangnya saja. Tidak mau repot-repot barang empat lima langkah, maunya turun langsung dapat ojek.

Kalau begitu caranya, ya... ojek tak pernah salah!! Yang salah adalah penumpang yang tak tau diri!!! ***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home