Tukang Sapu Jembatan
Bila Anda pernah menyeberang jalan di siang hari dari gedung Telkom di Jalan Gatot Subroto dengan memakai jembatan penyeberangan, Anda kemungkinan besar akan bertemu dengan sosok lelaki tua berbaju hitam lengkap dengan peralatan kerjanya sedang menyapu sampah di jembatan tersebut.
Sudah pasti seragam hitam bukanlah seragam pegawai Pemda. Ia hanyalah seorang lelaki tua yang mengharapkan upah atas jerih payahnya dari penyeberang jalan. Ia tidak pernah menadahkan tangan. Ia akan tekun menyapu jembatan tersebut hingga benar-benar bersih. Kesadaran Anda lah yang ia tuntut.
Kalau saya sedang melewati jembatan tersebut, hampir selalu saya memberi dia lima ratus atau seribu rupiah. Jangan lihat dari jumlahnya, itu sekadar menunjukkan penghargaan saya terhadap dedikasinya.
Saya pernah berpikir, bila saja para pengemis yang berada di jembatan penyeberangan berbuat yang sama seperti bapak tua itu. Saya yakin, orang-orang akan lebih menghargai mereka. Bukan karena belas kasihan tapi lebih kepada penghargaan.
Saya sendiri, hampir tidak pernah memberi "sedekah" kepada para pengemis jalanan. Bagi saya itu tidak mendidik. Mungkin bagi pengemis yang ada di jembatan penyeberangan Komdak, saya akan selalu dikenang sebagai lelaki kikir. Dalam seminggu setidaknya tiga kali saya akan memakai jembatan itu, tanpa pernah memberi "sedekah" kepada sang pengemis, yang orangnya itu-itu juga. Tapi, bagi saya itu lebih baik, dari pada saya tidak ikhlas. (dans)