Sebuah bilboard berdiri gagah di pinggir jalan, dekat Cawang. Ada gambar karangan bunga di sana dengan tulisan “Selamat Datang Banjir”, yang keliatan sedang mengambang di atas air berwarna coklat. Bagi saya, billboard keluaran Sampoerna Mild tersebut merupakan salah satu karya iklan bilboard terbaik tahun ini. Lugas dan menohok sasaran.
Ya, tiap tahun Jakarta selalu dijambangi banjir, sehingga tidak salah bila kita mengucapkan selamat datang untuknya, bukan? Bayangkan selama belasan tahun, Pemda DKI belum juga punya jawaban mengatasi banjir tahunan ini. Megaproyek Banjir Kanal Timur, yang disebut-sebut akan mengatasi banjir tahunan, masih jauh dari selesai. Megaproyek ini direncanakan baru akan rampung tahun 2010, memakan waktu 7 tahun! Begitu pula dengan usaha Pemda untuk membersihkan bantaran kali masih jauh dari harapan.
Ya, banjir yang melanda Jakarta sudah begitu kompleks. Membutuhkan penanganan komprehensif dan kerja sama dari semua kalangan. Saya sepenuhnya tidak menyalahkan Pemda DKI bila masalah pembersihan bantaran kali tak kunjung usai. Resistensi masyarakat terlalu tinggi yang ditingkahi campur tangan LSM yang terkadang asal-main-bela wong-cilik. Sikap yang menurut saya tidak pada tempatnya.
Warga Jakarta juga belum punya kesadaran lingkungan yang tinggi. Di mana-mana kita akan menemukan warga yang membuang sampah sembarangan. Pemda sebenarnya sudah mengeluarkan Perda untuk memberi sanksi terhadap warga yang membuang sampah sembarangan. Tapi mengapa sampai sekarang belum ada yang dihukum? Inilah salah satu keajaiban negeri ini. Gampang membuat peraturan, tapi soal pelaksanan, ntar dulu!
Pemda punya Tramtib untuk menertibkan para pedagang kaki lima dan „sampah“ masyarakat lainnya. Bagi saya, lebih baik Tramtib lebih diberdayakan mendisplinkan warga Jakarta. Mereka diberi wewenang untuk menindak masyarakat yang buang sampah sembarangan. Dan tentunya adalah tugas Pemda untuk menyediakan tempat pembuangan sampah di pinggir jalan, setidaknya dalam radius 100 m.
Menurut saya, sudah saatnya juga Pemda mulai menggerakkan aparat kelurahan untuk menggalakkan gotong royong di wilayahnya masing-masing untuk membersihkan saluran air di lingkungannya masing-masing. Gotong royong ini bisa dilakukan secara berkala, misalnya dua kali sebulan. Ini sedikit banyak akan mengurangi limpahan air hujan. Lebih dari itu gerakan gotong royong bisa menjadi pintu masuk untuk lebih mempererat tali silahturahmi antar-warga yang sehari-hari disibukkan dengan urusan masing-masing. **