Sunday, February 13, 2005

Media tentang Jakarta

Akhir-akhir ini kita disuguhi oleh beberapa media cetak yang khusus meng-cover Jakarta dan sekitarnya. Ada Pos Kota dan Warta Kota (pemain lama) dan Berita Kota serta Jakarta (pemain baru). Masih ada juga semisal Batavia, tapi yang terakhir ini, dalam prediksi saya nggak bakal bertahan lama.
Di antara empat media tersebut, sekilas head to head berlangsung antara Pos Kota dan Berita Kota, yang porsi terbesar adalah berita kriminal, dan Warta Kota dengan Jakarta, yang mencoba masuk ke pasar menengah ke atas.
Pos Kota dan Berita Kota, sepertinya sudah memiliki pangsa pasar sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah Warta Kota dan Jakarta. Mencermati perjalanan Warta Kota, media yang satu ini tampaknya kurang dibekali konsep yang mumpuni. Ini setidaknya terlihat dari perubahan logo yang setidaknya telah terjadi tiga kali. Kalaupun kita coba mencermati berita-beritanya, ke-kota-annya juga kurang tercermin. Lihat saja, dari 12 halamannya, empat halaman merupakan berita olah raga, yang 80% adalah luar negeri. Ada pula halaman khusus Nasional/Internasional dan halaman khusus tentang gosip seputar artis. Kalo dilihat sekilas, bisa jadi jumlah berita tentang Jakarta sama dengan berita olah raganya. So, masihkah Warta Kota bisa menyebut dirinya media tentang Jakarta?
Kebijakan Warta Kota untuk menurunkan harga menjadi seribu perak pun bisa dilihat sebagai pertanda penyiasatan mereka atas menurunnya oplag media ini, atau setidaknya tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Bandingkan misalnya dengan Jakarta. Media, yang kabarnya dimodali oleh Tommy Winata ini, lebih terlihat ke-Jakarta-annya. Ini tercermin misalnya dari rubrik-rubriknya yang dipilah berdasarkan wilayah, Jakarta Selatan, Barat, Utara, Timur, ChinaTown dan sebagainya.
Terlepas dari bobot pemberitaannya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengasong lebih senang menawarkan Jakarta daripada Warta Kota. Apa karena harga Jakarta yang digoreng cuman 500 perak sementara Warkot tetap seribu? Boleh jadi, walaupun sepertinya tidak sepenuhnya benar.
Saya pribadi, sejak awal berharap Warta Kota bisa menjadi media untuk kalangan menengah atas Jakarta dan sekitatanya. Sayangnya, harapan ini tidak pernah kesampaian. Warta Kota tidak lebih dari sekadar nama, tidak mencerminkan kediriannya. Padahal kalo dilihat dari SDM yang ada di sana, yang seabrek punya, seharusnya Warta Kota bisa menjadi media terpercaya dan pilihan pembaca untuk mengetahui segala sesuati tentang Jakarta. Terlebih kalo kita lihat di belakang mereka ada KKG, yang sudah bangkotan di bisnis media cetak.
Perkiraan saya, kalo Jakarta bisa sedikit menata tata letaknya dan berita-berita ke-Jakarta-annya lebih berbobot, bisa-bisa dalam setahun ke depan, Jakarta bisa menjadi media terpercaya bagi kalangan menengah ke atas yang membutuhkan info tentang Jakarta dan sekitarnya. Wait and see.... **